Beranda | Artikel
Hukum Miqat Jedah (Gambar Peta)
Kamis, 10 September 2015

Miqat Jedah

Apa hukum mengambil miqat di jedah bagi jamaah haji Indonesia?

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bercerita,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkan miqat penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, untuk penduduk Syam di Juhfah, untuk penduduk Najd di Qarnul Manazil, dan untuk penduduk Yaman di Yalamlam. Kemudian beliau bersabda,

هُنَّ لَهُنَّ وَلِمَنْ أَتَى عَلَيْهِنَّ مِنْ غَيْرِهِنَّ ، مِمَّنْ أَرَادَ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ ، وَمَنْ كَانَ دُونَ ذَلِكَ فَمِنْ حَيْثُ أَنْشَأَ ، حَتَّى أَهْلُ مَكَّةَ مِنْ مَكَّةَ

Semua titik ini menjadi miqat bagi penduduknya dan setiap orang yang melewatinya selain dari penduduknya, bagi mereka yang hendak melaksanakan haji dan umrah. Sementara orang yang tinggal sebelum miqat (di antara Mekah dan Miqat) maka mereka berihram dari tempat tinggalnya. Hingga penduduk Mekah mengambil miqat di Mekah. (HR. Bukhari 1524 & Nasai 2666)

Kita garis bawahi pernyataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis di atas, bahwa setiap orang yang melewati miqat bagi yang hendak haji atau umrah, dia wajib sudah dalam kondisi berihram. Jika belum berihram, dia wajib kembali ke miqat yang dia lewati.

Jika tetap kembali dan nekat tidak berihram dari miqat yang telah dilewati maka dia wajib bayar dam.

Dalam Fatwa Islam dinyatakan,

إن مرَّ مريد الحج والعمرة على الميقات دون أن ينوي الإحرام منه : فإنه يلزمه أن يرجع إلى الميقات الذي مرَّ عليه ليحرم منه ، فإن لم يفعل وأحرم من مكانه فإنه يلزمه – على قول جمهور العلماء – ذبح شاة في مكة وتوزيعها على مساكين الحرم

Jika ada orang yang hendak haji atau umrah, dia melewati miqat dalam keadaan belum memulai ihram, maka dia wajib kembali ke Miqat yang telah dia lewati, untuk kembali melakukan ihram di sana. Jika tidak dia lakukan, dan tetap melakukan ihram dari tempatnya, maka menurut pendapat mayoritas ulama, dia wajib bayar dam, menyembelih kambing dan dibagikan kepada orang miskin Mekah. (Fatwa Islam, no. 69934)

Selanjutnya mari kita lihat peta Miqat,

batas miqat haji

Kita bisa perhatikan, ketika jamaah haji Indonesia datang dari tanah air untuk langsung ke tanah suci Mekah dalam rangka haji atau umrah, kemudian pesawat mendarat di Jeddah, bisa dipastikan dia akan melewati salah satu miqat yang berada di timur Mekah atau selatan Mekah.

Sehingga anggapan sebagian orang bahwa boleh mengambil miqat di Jedah, karena itu di pesisir barat Mekah, ini anggapan yang tidak benar. Sebagaimana orang yang tinggal di sebelah utara luar miqat, tidak boleh melintas sampai ke selatan batas miqat, lalu dia mengambil miqat di Yalamlam.

Dalam salah satu fatwanya, Lajnah Daimah memberi penjelasan tentang masalah miqat Jedah

حيث ظن أن جدة تكون ميقاتاً للقادمين في الطائرات إلى مطارها أو القادمين إليها عن طريق البحر أو عن طريق البر، فلكل هؤلاء أن يؤخروا الإحرام إلى أن يصلوا إلى جدة ويحرموا منها؛ لأنها (بزعمه وتقديره) تحاذي ميقاتي السعدية والجحفة فهي ميقات

Ada orang yang menyangka, Jedah bisa menjadi miqat bagi jamaah yang datang melalui udara di Bandara, atau yang datang melalui jalur laut. Mereka boleh mengakhirkan ihram, hingga sampai Jedah, dan berihram dari Jedah. Karena – menurut mereka – Jedah searah dengan Miqat Sadiyah (Yalamlam) dan Juhfah. Sehingga Jedah boleh jadi miqat.

Selanjutnya, Lajnah Daimah menjelaskan kesalahan ini,

وهذا خطأ واضح يعرفه كل من له بصيرة ومعرفة بالواقع؛ لأن جدة داخل المواقيت، والقادم إليها لابد أن يمر بميقات من المواقيت التي حددها رسول الله صلى الله عليه وسلم، أو يحاذيه براً أو بحراً أو جواً، فلا يجوز له تجاوزه بدون إحرام إذا كان يريد الحج أو العمرة

Dan ini jelas salahnya. Semua orang yang memahami dan sadar dengan realita telah mengetahuinya. Karena Jedah, berada di dalam batas miqat. Sehingga setiap orang yang datang ke Jedah, bisa dipastikan dia akan melewati miqat yang telah ditetapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau melintasi yang searah dengannya. Baik yang melalui darat, laut, atau udara. Sehingga tidak boleh melewati batas-batas miqat itu, tanpa dalam kondisi ihram, jika dia hendak haji atau umrah. (Fatwa Lajnah Daimah, no 3990)

Kewajiban Yang Melintasi Miqat Tanpa Ihram

Bagi jamaah haji Indonesia yang berangkat dari tanah air, menuju tanah suci Mekah untuk langsung melaksanakan haji atau umrah, namun belum melakukan ihram ketika melintasi Miqat Yalamlam atau yang sejajar dengannya, maka ada dua kewajiban baginya,

Pertama, kembali ke miqat semula dan memulai ihram di sana.

Jika pilihan ini yang diambil, tidak ada kewajiban bayar dam (menyembelih kambing)

Kedua, tidak kembali ke miqat tapi memulai Ihram dari Jedah.

Jamaah haji yang melakukan hal ini berarti melanggar salah satu kewajiban, yaitu melintasi Miqat tanpa ber-Ihram. Sebagai gantinya, dia wajib bayar dam (menyembelih kambing).

Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan,

Siapa yang melintasi Miqat tanpa ihram, di sana ada dua keadaan,

من تجاوز الميقات بدون إحرام فلا يخلو من حالين : إما أن يكون مريداً للحج والعمرة : فحينئذٍ يلزمه أن يرجع إليه ليحرم منه بما أراد من النسك – الحج أو العمرة – فإن لم يفعل فقد ترك واجباً من واجبات النسك ، وعليه عند أهل العلم فدية : دم يذبحه في مكة ، ويوزعه على الفقراء هناك

Pertama, dia berkeinginan untuk haji atau umrah. Pada kondisi ini, dia wajib untuk kembali ke Miqat, dan memulai ihram dari Miqat, sesuai dengan niat manasiknya – haji atau umrah –. Jika tidak dia lakukan, berarti dia meninggalkan salah satu kewajiban dalam manasik. Para ulama menyatakan, dia wajib bayar fidyah (tebusan), dengan menyembelih di mekah dan dibagikan kepada orang yang tidak mampu di sana.

وأما إذا تجاوزه وهو لا يريد الحج والعمرة : فإنه لا شيء عليه

Kedua, dia melintasi Miqat namun tidak bermaksud untuk haji atau umrah. Tidak ada masalah baginya.

(Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin, volume 21, no. 341)

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/25518-hukum-miqat-jedah-gambar-peta.html